oleh

Sopir Angkot Corona

-Peristiwa-190 Dilihat

Rio Saputra sopir angkot jurusan Tabing-Pasaraya Padang BA1813QU, sempat senyum sumringah mobil yang dia kemudikan nyaris penuh. Menjelang lokasi cek point di Basko, Rio menyuruh penumpang di sampingnya pindah ke belakang. Sesuai aturan PSBB penumpang tak boleh duduk dekat sopir.

Angkot warna oranye itu berjalan pelan begitu sampai lokasi cek point. Lalu petugas gabungan Polisi, TNI, Satpol PP dan Dinas Perhubungan lakukan pemeriksaan.”Tolong turunkan penumpang, isi angkot boleh empat orang dengan sopir,”ujar salah seorang petugas dari Dinas Perhubungan Sumbar, Kamis, (30/4/20)

Dengan tergopoh-gopoh penumpang pria turun dari angkot, tinggal perempuan dengan pakai masker. Karena kesal, Rio Saputra sambil menjalankan mobilnya mengomel,”Bakato waang se mangatur,” ujarnya dengan nada marah.

Ucapan sopir itu tak enak terdengar oleh petugas tersebut, karena dia mendengar bercarut pungkang. Petugas langsung mengejar dan perintahkan angkot menepi. Namun, Rio tetap jalankan mobilnya pelan. Merasa tak diindahkan, petugas dari Dinas Perhubungan itu berteriak memanggil petugas yang berada di depan agar berhentikan angkot oranye tersebut.

Akhirnya, Rio dipaksa berhenti dan diminta perlihatkan SIM. Karena tidak ada kesalahan petugas dari Kepolisian itu menasehatinya. Dan beri hukuman push up beberapa kali. Beginilah nasib kaum kusam yang tak punya kekuatan apa-apa.” Harusnya mengertilah kehidupan sopir, beli BBM saja satu trip habis uang empat puluh ribu rupiah. Sementara penumpang dibatasi. Sama apa saya bisa makan,” ucapnya.

Lalu bagaimana dengan bantuan pemerintah.” Semua persyaratan sudah saya berikan mulai dari KK, KTP sampai SIM. Tapi mana buktinya ada bantuan tersebut. Dari pada saya lapar biarlah kerja narik angkot untuk sekedar menyambung hidup,” ucapnya. (almadi)

 

Baca juga  LSM PAKIS: Usut sampai Tuntas Kasus “Hambalang” UNP

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *