SPFC sudah tercampak lagi ke Liga 2, pada klasemen terakhir berada pada urutan ke 17. Posisi tersebut tak tergoyahkan oleh klub lain. Bagaimana selanjutnya, apakah tetap ikut kompetisi Liga 2 atau bubar?
Menurut Kepala Departemen Komunikasi PT Semen Padang, Oktoweri, bagaimana pun juga SPFC tetap ikut kompetisi Liga 2. Karena lewat sepakbola terjalin hubungan bathin perantau Minang dengan yang di kampung.”Jadi besar manfaatnya bagi urang rantau dengan keberadaan klub Semen Padang,” ucapnya menjawab pertanyaan pers pada acara pers tour ke Jogyakarta.
Oktoweri menyadari minimnya sponsor yang didapat SPFC pada kompetisi 2019 lalu. Menurutnya, bisa saja hal tersebut salah satu faktor tercampaknya ke Liga 2. Untuk itu, dia berharap pada kompetisi mendatang klub kebanggaan urang awak ini dapat balik lagi ke Liga 1. Tapi dengan syarat penonton harus punya kesadaran terhadap klubnya. Jangan merasa bangga pula nonton gratis, karena secara tak langsung merugikan finansial klub.
“Kalau saya bandingkan penonton klub di pulau Jawa, mereka rata-rata punya kesadaran untuk beli tiket. Bahkan, mereka malu nonton gratis, beda dengan di Padang. Jadi kesadaran tersebut yang belum ada sama kita. Jika ingin klubnya sehat tentu kita harus bantu dengan beli tiket,” katanya.
Sementara itu, CEO PT Kabau Sirah, Hasfi Rafiq bakal membayar gaji pemian asing yang jadi sorotan FIFA. Jika dibiarkan, bunganya akan membesar dan akibatnya SPFC bakal kesulitan membayarnya.” Kita akan bayar secepatnya, karena bunganya bertambah terus tiap hari,” ujarnya.
Disinggung soal pemain yang dipetahankan pada musim kompetisi Liga 2, menurutnya, soal pemilihan pemain adalah wewenang pelatih bukan manajemen.” Jadi pemilihan pemain kita serahkan sama pelatih,” ujarnya. (almadi)
Komentar